Follow Dashboard


posted on Wednesday, June 19, 2013 0 comments
"Gitar ini, mungkin tidak seberapa, bahkan mungkin sudah sangat tua, tapi suaranya masih bagus loh! Dan ingat kata dari kakek buyutmu bahwa : musik adalah harapan dalam setiap keputus-asaan. Oke? Ini hadiah ulang tahunmu, Senandung Nahdiana Langit." Kakek menyerahkan gitar usang dengan stiker peace padaku, sepertinya itu gitarnya saat masih muda dulu.
"Hehehe... kakek ini! Terimakasih ya kek, tapi, kan Dian enggak bisa main gitar!" wajahku yang awalnya senang berubah memelas seketika.
"Nah, seperti apa yang baru saja kakek katakan padamu : musik adalah harapan dalam setiap keputus-asaan, jadi keputusasaan-mu pada gitar ini akan hilang jika kamu mau berusaha, mau berharap!" Kakek melayangkan tinjunya di angin dengan seringainya yang memberiku semangat; tidak ada kata TIDAK BISA, katanya JB sih, Never Say Never *hanya itu satu-satunya hal yang kusetujui dari JB ._.

3 tahun kemudian~
"Hei, Langit Mendung! Jangan terus melipat wajahmu menjadi 1000! Sebentar lagi kita akan mengiringi Taylor Swift menyanyi loh! Kau mau apa, dia langsung membatalkan kontrak dengan kita setelah melihat wajahmu yang penuh nggak niat itu! Ckckck..." Aga menjitak kepalaku penuh kejahilan, tapi itu berhasil menghilangkan bad mood-ku yang terus menghalau ketika akan mau tampil di depan khalayak, apalagi jika akan memainkan gitar karena suatu hal yang membuatku tak sanggup memetik senar usangnya.
Jagat Mada Raya; itu lah nama lelaki yang berbeda 2 tahun denganku namun memiliki tanggal lahir yang hanya berbeda satu hari dariku.
"Jangan memikirkan sesuatu hal yang sebenarnya... akan menghambatmu walau awalnya mendukung kemajuanmu. Wah, atau sebenarnya kamu sendiri yang menghambat dirimu untuk maju, Ngit?"
"Jangan memanggilku Ngit! Apalagi Ndung! Cukup Din, kau mengerti? Aku hanya tak sanggup memetik gitar ini, apalagi setelah..."
"Kakekmu meninggal? Itu bukan salahmu, Ndung! Kakekmu malah akan kecewa kau membatalkan segala acara dan konsermu yang mengantarmu ke jalan gemilang, hanya karena memikirkan kepergiannya! Do you understand?"
"Sudah kukatakan jangan memanggilku Ndung atau Ngit! Cukup Din! Huuuh!" aku memukul lengan Jagat pelan. "Mungkin kamu benar.. ini saatnya aku move on." "Hahahaha... kamu pasti ngomong begini karena kamu capek mendengarkan ceramahanku setiap hari tentang hal ini kan?"
"Bukan."
"Lalu?"
"Bahwa ada saat-saat dimana seharusnya kesedihan ini hanya menghambatku maju, toh, juga, sebaiknya kita boleh bersedih tapi jangan berlarut-larut seperti ini, kan? Bersedih itu hanya pertanda bahwa kita masih punya hati. kan? Dan aku sadar ini semua harus berakhir."
"Diana Teguh. Ckckck..."
Aku dan Jagat tertawa lepas; melepaskan segala kesedihan yang telah mengikutiku setiap waktu.
"Hei kalian, cepat bawa gitar kalian! Nona Swift mau nyanyi tuh cepat! Dia sudah nggak sabar mau bertemu Duet Angkasa yang terkenal se-Asia Tenggara ini" salah satu kru mengedipkan matanya pada kami, ucapannya membuat kami tersipu malu. "Ayo kita lepas kesedihanmu, Ndung-Ngit, haha, ayo kita ke panggung." "Awas kau, Gat! Akan kuhancurkan gitarmu selepas kita tampil"  Aku menatap Jagat penuh kesinisan. "Terserah kau saja, Ngit, asal itu mampu melepas kesedihanmu" ucap Jagat penuh arti sambil mengacungkan jempolnya. Jantungku berdebar bukan karena kami akan bertemu Taylor Swift; tapi karena Jagat Mada Raya yang berhasil mengalihkan kesedihanku pada kebahagiaan :)

*maaf kalau agak-agak nggak jelas ceritanya, penekanan cerita ini itu ya tentang move on sih sebenarnya :D

Older Post

Disclaimer

Hi everyone! Jean here. Born in Indonesia on February. Random girl with much of awkward moment she always do.

about me
Tagboard

put your cbox code here. max width:250.

Credits

Template by sya. Best view on L.